REMAJA DENGAN PROBLEMATIKA (Tinjauan Psikologi Atas Problema Remaja)

I. Pendahuluan.
Kehidupan manusia selalu mengalami evolusi, implikasi dari evolusi membuat manusia mengalami perubahan, bukan evolusi yang dimaksudkan dalam darwinisme, tetapi dalam menyikapai situasi dan kondisi waktu. Lanskap waktu membuat pola konsumsi, pola hidup dan pola berprilaku berevolusi serta paradigma turut serta berevolusi. Evolusi adalah Sunnatullah, sehingga setiap anak zaman semestinya mampu beradaptasi—menyesuaikan gerak langkah waktu, agar tidak hanyut terbawah dengan gemerlapnya kehidupan. Pada titik ini, individu, terutama kaum remaja yang relatif krusial atas perubahan, selalu menjaga dan mempertahankan nilai-nilai yang menjadi acuan hidupnya, yakni agama.
Dalam perspektif psikologi perkembangan siklus hidup manusia, dari lahir kemudian mengalami pertumbuhan memasuki remaja, selanjutnya masuk pada fase dewasa dan kemudian menjadi tua dan kemudian meninggal, merupakan sekuensial yang memiliki substrtansi untuk terus dikaji, demikian juga dengan perspektif sosiologi yang memiliki kompetensi dalam mengkaji fenomena kehidupan individu dari kelompok terkecil hingga menjadi lebih besar yang dimaknai dengan Negara
Dari semua fase perkembangan manusia tersebut, fase yang cukup penting dan menjadi perhatian adalah masa remaja. Dari segi psikologi Ausubel (1965) dalam Koners dan Rahayu (2006) memilah status, yaitu bila orang dewasa disebut dengan status primer, artinya status ini diperoleh berdasarkan kemampuan dan usaha sendiri. Status anak, adalah status diperoleh (derved), yaitu tergantung atas pemberian dari orang tua atau masyarakat. Remaja berada pada status interim yakni memiliki ketergantungan pada orang tua dan masyarakat disatu sisi, akan tetapi sisi yang lain remaja berusaha untuk terus melepaskan ketergantungan tersebut, dengan mencari kebutuhan-kebutuhan psikisnya, usaha tersebut yang membuat dia menjadi lebih prestise.
Peranan para orang tua menjadi sangat penting untuk mengarahkan dan memberikan kesadaran yang lebih bijak dan arif, lingkungan masyarakat terus berupaya mendukung memberikan apresiasi, ruang komunikasi, membangun hubungan interpersonal yang baik, dan institusi pendidikan yang di dalamnya memiliki para guru, dan fasilitas pendidikan, berkewajiban menyajikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan zaman, seperti pendidikan yang multiparadigma atau multikultural sehingga lebih kritis atas fenomena yang dihadapi juga lebih arif dan bijak dalam menyelesaikan problematika.
Untuk memudahkan dalam mengkaji perkembangan, para ahli psikolgi perkembangan membagi usia remaja seperti yang ditulis Koners dan Rahayu (2006) dalam buku psikologi perkembangan. Usia pra remaja yaitu 10 s.d 12, remaja awal 12 s.d 15, sedangkan untuk usia 12 s.d 18 disebut dengan remaja pertengahan, kemudian pada usia 18 s.d 21 dinamakan remaja akhir. Meskipun demikian secara empirikal pembagian tersebut relatif sulit, penyebabnya banyak kita temui pada usia remaja awal sudah menikah, dan ada juga pada usia 24 tahun (melebihi dari usia remaja akhir) masih tergantung atau sesuatu masih diberikan dari orang tua atau masyarakat. Lanjut manurut Koners dan Rahayu (2006), kasus yang pertama disebut dengan masa remaja yang dipercepat dan kasus kedua disebut dengan masa remaja yang diperpanjang. Pendapat tersebut sama dengan seorang psikolog perkembangan Hurlock (1980), menyatakan masa remaja ini dimulai pada saat anak mulai matang secara seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia dewasa secara hukum.
Masa remaja adalah fase transisi, transformasi dari yang menerima dan bergantung kepada orang tua atau masyarakat, berusaha untuk menemukan sendiri, memberikan dan melepaskan ketergantungan. masa status interim inilah yang bila orang tua dan masyarakat serta para pendidik bila tidak memahami dan sadar memberikan ruang perkembangan psikis secara efektif seperti membuka komunikasi, menciptakan hubungan yang harmonis, dan membangun kesadaran. Para pendidik tidak hanya memberikan sanksi tetapi juga memberikan apresiasi positif (reward) terhadap perkembangan remaja. Memasukan nilai-nilai spiritual pada semua aspek ilmu yang diajarkan sehingga masa transisi tersebut tidak menimbulkan tindakan negatif, dan pada akhirnya mereka menaglianasi diri akibat ditolak lingkungan masyarakatnya. Implikasi tersebut akan berakibat buruk, seperti kejadian tawuran antar pelajar, mahasiswa, pergaulan bebas, dan menkonsumsi narkoba/miras.
Tentang fenomena tawuran yang akhir-akhir menjadi trend negatif oleh Tambunan (2008), bahwa secara psikologis, tawuran yang melibatkan pelajar dan mahasiswa digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan ini, dapat digolongkan ke dalam dua jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik. Pada delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan problema secara cepat. Sedangkan pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu kelompok/organisasi tertentu yang diistilahkan geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, mereka bangga kalau dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Sehingga bilamana tidak memahami remaja dengan segala problemanya maka akan terjadi keguncangan yang kritis terhadap proses perkembangan remaja. Seperti yang disebutkan Erikson (1998) menyatakan bahwa seluruh masa depan individu sangat tergantung pada penyelesaian krisis pada masa ini.
Beberapa pertanyaan sekaligus masalah yang akan penulis uraikan. Pertama. Bagaimana dari aspek psikologi memahami problema yang dihadapi oleh remaja, dengan mengidentifikasi maka kita akan dengan mudah mengurainya. Kedua. Setelah memahami, tindaklanjut penyelesaian seperti apa. Ketiga. Kebutuhan yang bagaimanakah yang dibutuhkan remaja sehingga dalam proses transformasi (masa transisi) mereka akan lebih siap menyelesaikan problema tersebut.

II. Pembahasan
2.1. Karakteristik Masa Remaja
Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakterisitik yang unik, dengan keunikan tersebut membuatnya menjadi berbeda, bila dibandingkan dengan periode-periode perkembangan lainnya. Gambaran tentang perkembangan, adalah sebagai berikut :
a. Masa remaja adalah periode yang penting
Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini pun memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, dengan proses mencari nilai-nilai yang dianggap menurutnya baik.
b. Masa remaja adalah masa peralihan
Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-sifat kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengenai peran yang dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.
c. Masa remaja adalah periode perubahan
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat, peubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu, :
1) Peningkatan emosionalitas
2) Perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual
3) Perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah baru
4) Karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula perubahan nilai
5) kebanyakan remaja merasa ambivalen terhadap perubahan yang terjadi.
d. Masa remaja adalah usia bermasalah
Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua lasan yaitu :
Pertama, pada saat anak-anak sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua atau guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Kedua, karena mereka dituntut untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru, sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri
Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk meyakinkan dirinya, yaitu dengan menggunakan simbol status, seperti mobil, pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain.
f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan
Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri dan lingkungan. Mengapa? Sebab, gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak masyarakat mengenai perilaku remaja, misal tawuran mahasiswa dan pelajar. Mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan remaja. Membuat para remaja itu sendiri merasa takut untuk menjalankan perannya dan enggan meminta bantuan orang tua atau pun guru untuk memecahkan masalahnya.
g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis
Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara kurang realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain sebagaimana mereka inginkan dan bukannya sebagai dia sendiri, terjadi disasosiasi kognisi sosial. Hal ini terutama terlihat pada aspirasinya, aspiriasi yang tidak realitis ini tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi keluarga, teman. Semakin tidak realistis aspirasi mereka maka akan semakin marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut tidak dapat mereka capai.
h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan menciptakan impresif bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status orang dewasa seperti merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan bahkan melakukan hubungan seksual.
2.3. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Remaja berusaha melepaskan diri dari ketergantungan orang tua atau masyarakat dengan maksud untuk menemukan dirinya. Erikson dalam Knoers dan Rahayu (2006) mengidentifikasi proses tersebut sebagai proses mencari identitas ego. Marcia (1980) mengatakan bahwa perkembangan identitas itu terjadi selain dari mencari aktif (eksplorasi) juga tergantung adanya “commitments.” Menurutnya, kejadian itu membuat adanya perbedaan status, perbedaan tersebut dibedakan menjadi; menemukan identitas sesudah mengadakan eksplorasi yang disebut dengan achievement, kemudian status moratorium, yang menggambarkan remaja masih sedang menyibukan diri mencari identitas, status foreclosure yaitu menemukan identitas tanpa mengalami krisis atau ekplorasi lebih dulu, dan keadaan tanpa menemukan identitas sesungguhnya.
Berusaha untuk mencari identitas merupakan suatu fenomena transformasi perkembangan social remaja. Focus perkembangan remaja untuk mempersiapkan menjadi orang dewasa memerlukan tugas-tugas yang harus dilakukan. Tugas yang dimkasud seperti;
1. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin
2. Mencapai peran sosial feminin atau maskulin
3. Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif
4. Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab secara sosial
5. Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
6. Mempersiapkan untuk karir ekonomi
7. Memperiapkan untuk menikah dan berkeluarga
8. Memperoleh suatu pranata sosial nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku.
2.3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Remaja
a) Perubahan Fisik Masa Remaja, perubahan yang terjadi dalam perkembangan fisik remaja meliputi:
 Tinggi badan
Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi dewasanya pada usia 17/18 tahun dan bagi anak laki-laki satu tahun lebih dari usia tersebut.
 Berat badan
Perubahan berat tubuh seiring dengan waktu sama dengan perubahan tinggi badan, hanya saja sekarang lebih menyebar ke seluruh tubuh.
 Proporsi tubuh
Berbagai bagian tubuh secara bertahap mencapai proporsinya. Misal: badan lebih lebar dan lebih kuat.
 Organ seksual
Pada laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai ukuran dewasa pada periode remaja akhir, namun fungsinya belum matang sampai dengan beberapa tahun kemudian
 Karakteristik seks sekunder
Karakteristik seks sekunder utama mengalami perkembangan pada level dewasa pada periode remaja akhir.
b) Emosionalitas Masa Remaja
Selain terjadi perubahan fisik yang sangat mencolok, juga terjadi perubahan dalam emosionalitas remaja yang relatif sering direfleksikan, sehingga ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari perubahan pada aspek emosionalitas ini. Masa ini disebut sebagai masa “storm and stress,” dimana terjadi peningkatan ketegangan emosional yang dihasilkan dari perubahan fisik dan hormonal. Intensitas emosi pada masa ini seringkali tidak terkontrol dan nampaknya irasional, secara umum terdapat peningkatan perilaku emosional pada setiap usia yang dilalui.
Misalnya, pada usia 14 tahun, remaja menjadi mudah marah, mudah gembira, dan meledak secara emosional, sedangkan pada usia 16 tahun terjadi kebalikannya mereka mengatakan tidak terlalu merasa khawatir. Hal yang paling membuat remaja marah adalah apabila mereka diperlakukan seperti anak-anak atau pada saat merasa diperlakukan tidak adil.
Ekspresi kemarahannya mungkin berupa mendongkol, menolak untuk bicara, atau mengkritik secara keras. Tidak terimanya kondisi sosial adalah merupakan ekspresi ketidakpuasan yang serius, seperti iri hati, terhadap kelompok remaja lain yang secara materi terpenuhi.
c) Perubahan Sosial pada Masa Remaja
Salah satu tugas perkembangan yang paling sulit pada masa remaja adalah adaptasi sosial. Adaptasi terhadap perubahan ini harus dilakukan terhadap jenis kelamin yang berlainanan dalam suatu relasi yang sebelumnya tidak pernah ada dan terhadap orang dewasa diluar keluarga dan lingkungan sekolah.
Pada masa ini remaja paling banyak menghabiskan waktu mereka di luar rumah bersama dengan teman sebaya mereka, sehingga bisa difahami apabila teman sebaya sangat berpengaruh terhadap sikap, cara bicara, minat, penampilan, dan perilaku remaja.
Perubahan dalam perilaku sosial terlihat dengan adanya perubahan dalam sikap dan perilaku dalam relasi heteroseksual, mereka yang tadinya tidak menyukai keterlibatan lawan jenis menjadi menyukai pertemanan dengan lawan jenis. Secara umum dapat dikatakan bahwa minat terhadap lawan jenis meningkat. Selain itu, perubahan sosial yang terjadi dengan adanya nilai-nilai baru dalam memilih teman, dimana sekarang remaja lebih memilih yang memiliki minat dan nilai-nilai yang sama, bisa memahami dan membuat merasa aman, dapat dipercaya dan bisa berdiskusi mengenai hal-hal yang tidak lazim dibicarakan dengan guru atau orang tua. Pada masa ini pun remaja memiliki keinginan untuk tampil sebagai seorang yang populer dan disukai oleh lingkungannya.
d) Minat-minat Pada Masa Remaja
Pada masa remaja terdapat minat-minat pada bidang kegiatan tertentu yang sangat beragam. Hal ini tergantung pada jenis kelamin, kecerdasan, lingkungan tempat tinggal mereka, kesempatan yang dimiliki untuk mengembangkan minat, apa yang diminati teman sebayanya, status dalam kelompok sosial, kemampuan bawaan, minat keluarganya dan beberapa faktor lainnya. Secara umum minat-minat remaja ini dapat dikategorikan menjadi :
1) Minat Rekreasi
Pada masa ini sudah muncul minat rekresi seperti halnya orang dewasa. Banyaknya kegiatan dan tuntutan baik di sekolah maupun dirumah dirasakan penting memiliki sarana rekreasi bagi remaja, Misalnya : permainan dan olah raga, santai, traveling, hobi, menari, membaca, film, radio, televisi dan melamun.
2) Minat Sosial
Perkembangan minat sosial tergantung pada kesempatan yang dimiliki remaja untuk mengembangkan minta ini dan sebagian tergantung seberapa populer dia di dalam kelompok sebayanya.
3) Minat Pribadi
Minat pada dirinya sendiri merupakan minat terkuat pada masa remaja, hal ini disebabkan mereka menyadari bahwa penerimaan dari sosial dipengaruhi oleh penampilan umum mereka, misalnya: penampilan, pakaian, prestasi, kemandirian, dan uang yang merupakan simbol status.
4) Minat Terhadap Pendidikan
Pada remaja awal biasanya memberikan kritik atas sekolah secara umum dan mengenai larangan, PR, kursus yang dibutuhkan, makanan di kantin dan mekanisme belajar di sekolah. Mereka kritis terhadap guru dan cara mereka mengajar. Pada remaja akhir sikap terhadap pendidikan lebih banyak dipengaruhi oleh minat pekerjaannya.
5) Minat Terhadap Pekerjaan
Pada masa ini anak laki-laki maupun perempuan mulai untuk memikirkan secara lebih serius tentang masa depan mereka. Anak laki-laki lebih perhatian terhadap pekerjaan di masa depan dibanding anak perempuan. Anak laki-laki lebih menginginkan pekerjaan yang mewah, menarik dan memiliki gengsi yang tinggi, sedangkan anak perempuan lebih memilih pekerjaan yang lebih aman dan tidak menyita waktu.
6) Minat Religius
Para remaja saat ini cukup interest dan berusaha untuk memahami agama karena yakin bahwa hal tersebut memiliki peran yang penting dalam kehidupan mereka.
7) Minat dalam simbol status
Pada masa remaja simbol status memiliki empat fungsi penting yaitu : mengatakan pada orang lain bahwa mereka memiliki status sosioekonomi yang lebih tinggi dari yang lain, remaja yang superior dinilai memiliki prestasi oleh kelompoknya, remaja diterima oleh kelompoknya karena kesamanan sikap dan tindakan, dan remaja memiliki status yang mendekati dewasa.
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Remaja Terhadap Pendidikan
Menurut Hurlock (1980), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan, yaitu :
a. Sikap teman sebaya, apakah mereka berorientasi untuk melanjutkan kuliah atau berorientasi kerja.
b. Sikap orang tua, apakah orang tua menilai bahwa sekolah merupakan sarana peningkatan status sosialnya atau hanya sekedar tuntutan untuk menyekolahkan saja.
c. Tingkatan, yang menunjukkan kesuksesan atau kegagalan remaja secara akademis.
d. Relevansi atau nilai praktis dari bermacam-macam pelajaran.
e. Sikap terhadap guru, pegawai administrasi, kebijakan-kebijakan akademik dan disiplin.
f. Sukses dalam kegiatan ekstrakurikuler
g. Derajat penerimaan sosial oleh teman sekelasnya.
2.5. Tipe-tipe Remaja yang Memiliki Sedikit Minat Dalam Pendidikan
Beberapa bentuk yang mempengaruhi minat remaja sehingga berakibat pada menurunnya tingkat kepeduliannya pada pendidikan, antara lain:
1. Remaja yang orang tuanya memiliki harapan yang tidak realistis terhadap prestasi akademis, olah raga dan sosial sehingga memaksa anak-anaknya untuk meraih target yang ditentukan mereka.
2. Remaja yang kurang diterima oleh teman sekelas dan mereka yang merasa kehilangan kesenangan seperti teman-temannya dalam kegiatan ekstrakulikuler.
3. Remaja yang matang lebih awal dan merasa lebih mencolok dibandingkan teman sekelasnya, sehingga seringkali diharapkan untuk bisa melakukan tugas-tugas akademis melebihi dari kemampuannya.
2.6. Tanda-tanda Bahaya Akibat Mal-adjustment Remaja
Dengan adanya perubahan yang terjadi dalam fisik, psikologis dan sosial pada remaja yang sangat cepat dan drastis, menuntut remaja tersebut untuk bisa beradaptasi diri dengan perubahan lingkungan, tersebut dan tuntutan-tuntutan lingkungan baru yang menyertainya. Pada kenyataan tidak semua remaja dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut, berikut adalah beberapa tanda-tanda penyesuaian diri yang salah pada remaja :
a. Tidak bertanggung jawab, misalnya mengabaikan tugas-tugas sekolah, dan tidak mengikuti kedisplinan yang diterapkan oleh sekolah atau keluarga.
b. Agresif secara berlebihan dan sikap yang tertalu yakin atas dirinya, seringkali membuat kesan sombong kurang menghargai pendapat orang lain.
c. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja harus menyesuaikan dengan standar kelompok.
d. Menghayal secara berlebihan, sebagai ekspresi untuk mengkompensir ketidakpuasan dari kehidupan sehari-hari.
e. Regresi perilaku ke tingkat perkembangan yang lebih awal, misalnya ngompol, ngamuk pada saat marah dan lain-lain.
f. Menggunakan defense mechanism secara berlebihan, seperti rasionalisasi, proyeksi, fantasi, dan displacement.

2.7. Memahami Kebutuhan Untuk Menangani Masalah Remaja
Transformasi masa remaja berimplikasi pada adaptasi dan tindakan yang kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Sebagai orang tua, masyarakat, dan peserta didik sebagai elemen keberhasilan sosiopsikologi remaja , wajib bertanggungjawab untuk peduli dan mengarahkan remaja sehingga penyimpangan tersebut dapat ditangani secara proaktif dan komprehensif. Maka elemen tersebut harus memahami gejala-gejala yang diindikasikan oleh perilaku dan tindakan oleh remaja. Keberhasilan untuk mengarahkan remaja merupakan keberhasilan meningkatkan kualitas dari suatu generasi. Pengenalan dan penganganan gejala tersebut juga membutuhkan tindakan yang cepat dan tepat, mengingat masa ini merupakan masa penting yang menentukan individu pada masa berikutnya. Penanganan atas permasalahan remaja sangat bervariasi dan tergantung dari konteks dan latar belakang permasalahannya, sehingga kerjasama antara elemen tersebut sangat dibutuhkan.
Secara umum ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua dan masyarakat untuk mencegah dan menangani munculnya permasalahan ini, antara lain :
a. Memahami dan mendengarkan keluhan remaja dengan penuh perhatian, pengertian dan kasih sayang.
b. Memberikan penghargaan terhadap prestasi studi atau prestasi sosial, seperti olahraga, kesenian atau perbuatan-perbuatan baik yang ditunjukkan remaja baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat
c. Banyak berdiskusi tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan sosial maupun lingkungan sekolahnya serta orientasi masa depan yang akan direncanakan remaja.
d. Realistis dan bersikap objektif terhadap anak, sehingga idealnya orang tua mengetahui kapasitas anak dan mendiskusikan target apa yang ingin dicapai.
e. Mulai menyertakan remaja dalam pengambilan keputusan keluarga. Hal ini mendidik anak untuk ikut bertanggung jawab dan melatih mereka dalam proses problem solving dan decision making.
f. Mendukung ide-ide remaja yang positif.
g. Mengawasi kegiatan dan lingkungan sosial remaja secara proporsional, tidak terlalu ketat atapun terlalu longgar.
h. Jika ada indikasi ketidakberesan yang serius, baik dalam segi fisik ataupun psikologis yang cukup mencolok segera konsultasikan dengan tenaga ahli seperti dokter atau psikolog.


2.8. Treatment Sukses Dalam Pendidikan Untuk Remaja
Penanganan gejala penyimpangan atau penyimpangan yang dilakukan oleh remaja memerlukan pendekatan-pendekatan yang tepat dan cepat, sehingga tidak berimplikasi pada perkembangan menjadi orang dewasa yang menagalami kesulita-kesulitan secara sosiopsikologi. Terdapat beberapa treatment, sehingga dalam pendidikan dan mengarahkan mereka bisa mencapai kesuksesan, yaitu:
a. Tentukan tujuan dan target yang akan dicapai, sehingga pengerahan sumber daya yang dimiliki akan lebih tepat.
b. Kenali diri, baik berupa kelebihan dan kekurangan karena semakin remaja mengenai dirinya akan semakin terarah tindakannya (asosiasi social).
c. Tekun dan jangan cepat menyerah.
d. Berpikir sebelum mengambil suatu keputusan.
e. Openminded dan jangan sombong.
f. Jangan malu bertanya dan jangan takut salah.
g. Hati-hati memilih teman dan lingkungan pergaulan.
h. Hormat kepada guru, orang tua dan serta masyarakat.
i. Bersikap empati dalam bergaul.
j. Berusaha dan berdo’a
k. Bicaralah pada orang tua jika ada permasalahan yang sulit, karena tidak semua masalah bisa ditangani sendiri.
l. Apabila perlu, dapat berkonsultasi dengan ahli (misal : psikolog, konselor pendidikan)

III. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dikemukakan di atas, bahwa masa remaja memiliki konsekuensi yang bisa berimplikasi pada perilaku yang bersifat asosiasi dan diasosiasi—bisa jadi melakukan tindakan positif, maupun sebaliknya negatif. Pada masa perkembangan remaja, dalam psikologi social, remaja yang hidupnya bergantung kepada orang tua dan masyarakat, berusaha untuk melepaskan sebagian ketergantungan itu, dengan mencari sendri keinginan yang menurut mereka memiliki kecenderungan yang sama. Teman atau kelompok yang sebaya adalah tempat pemenuhan sebagian keinginan tersebut. Proses pencarian identitas ego tersebut tidak terlepas dari karakter remaja yang relative rentan terhadap emosional, sehingga remaja selalu lekat dengan “storm and stress,” yaitu, dimana terjadi peningkatan ketegangan emosional yang dihasilkan dari perubahan fisik dan hormonal. Intensitas emosi pada masa ini seringkali tidak terkontrol dan nampaknya irasional, akibatnya bilamana orang tua, masyarakat dan institusi pendidikan tidak proaktif untuk memahami kecenderungan-kecenderungan perkembangan remaja, dapat dipastikan sebagian besar remaja akan mengalami masa-masa suram dalam perkembangannya, dan akan terbawa hingga dia dewasa. Sangat arif bila kita peduli apa yang dikatakan oleh Erikson (1998) bahwa seluruh masa depan individu sangat tergantung pada penyelesaian krisis pada masa ini.
Adalah tiga masalah penting yang dapat disimpulkan dalam tulisan ini, yaitu:
Pertama. Pada aspek psikologi identifikasi gejala problema yang dihadapi pada masa perkembangan remaja, adalah:
 Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa
 Masa remaja adalah masa yang tidak realistis
 Masa remaja adalah usia yang ditakutkan
 Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri
 Masa remaja adalah usia bermasalah
 Masa remaja adalah masa peralihan
 Masa remaja adalah periode yang penting
Dengan memahami karakteristik dan keunikan remaja, pihak yang bertanggungjawab diharapakan mampu membantu menyelesaikan problema, yang dihadapi oleh remaja. Remaja pun akan lebih percaya diri dengan segala potensi yang dimilikinya untuk lebih siap melakukan transformasi.
Kedua. Dengan memahami karakteristik psikologi remaja, maka diperlukan suatu perencanaan yang terintegrasi sebagai upaya tindaklanjut penyelesaian.
 Adanya suatu perencanaan yang terintegrasi dan kohesif antara elemen-elemen sebagai penanggungjawab, untuk selalu mengamati perkembangan remaja dan mengarahkan mereka dengan pendekatan yang lebih arif dan bijak. Sehingga mereka sadar tugas dan fungsi mereka dalam lingkungan masyarakat.
 Pendidikan yang terintegrasi dari elemen-elemen tersebut akan memberikan pencerahan kepada remaja untuk selalu bertanggungjawab terhadap tugas yang dilakukannya. Pendidikan agama yang diajarkan oleh orang tua sangat berperan penting untuk perkembangannya, perilaku-perilaku yang santun akan menjadi pendidikan replikasi yang positif dimana remaja berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, institusi pendidikan memiliki seperangkat kurikulum memiliki peranan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi yang dimiliki, bukan saja kognitif, tetapi juga, afektif. Kurikulum yang multicultural sangat relevan untuk memberikan pengetahuan tentang kemajemukan social sehingga kesombongan untuk selalu menang sendiri yang berakibat pada tawuran dapat dieliminir. Masyarakat membuka dan memberi kesempatan kepada remaja agar mereka merasa memiliki tanggungjawab dalam masyarakat tersebut.
Ketiga. Dengan memahami karakteristik remaja, kita akan dengan memperoleh gambaran kebutuhan seperti apa yang diinginkan oleh para remaja agar mereka dapat mengaktualisasi peran-peran positifnya. Kebtuhan remaja umumnya adalah:
 Memberikan kasih sayang dan keharmonisan dalam rumah tangga
 Menciptakan komunikasi yang intens didalam keluarga dan lingkungan masyarakat
 Membangun hubungan interpersonal yang tidak berjarak
 Apresiasi terhadap prestasi studi atau prestasi sosial akan memberikan motivasi dan kepercayaan diri
 Mendukung rencana untuk mewujudkan cita-cita mereka
 Adanya infrastruktur yang disediakan untuk membantu mendukung cita-citanya
 Harus bersikap realistis dan objektif terhadap kemampuan remaja
 Peranan dan tanggungjawab dalam lingkungan keluarga dan masyarakat sedianya melibatkan remaja, memberikan kesempatan untuk menentukan hak dalam mengekspresikan keinginannya, sehingga mereka merasa memiliki kewajiban
 Mendukung gagasan dan ide positif para remaja
 Mengawasi perilaku dan tindakan mereka secara proporsional, mengarahkan dan memberikan pemahaman jika terjadi penyimpangan






































Referensi

Anastasia, S. 2008. Ironi Tawuran Mahasiswa. (http//www.surya.co.id/web/opini/ diakses tanggal 02/12/2008)
Atkinson & Atkinson. 1998. Pengantar Psikologi, edisi kesebelas. Interaksara. Jakarta.
Crain, William. 1992. Theories of Development : Concept and Applications, third
edition. New Jersey :Prentice-Hall, Inc.
Gerungan. W., A. 2004. Psikologi Sosial. Refika Aditama. Bandung.
Hurlock, Elizabeth. B. 1980. Developmental Psychology A life-Span Approach,
fifth edition. New Delhi :Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd.
Hall, Lindzey & Campbell. 1998. Theories of Personality, forthh edition. New
York : John Wiley & Sons, Inc.
Knoers, F.J., dan Haditomo, Rahayu., Siti. 2006. Psikologi Perkembangan; Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Gadjah Mada University Press. Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSEPSI PSIKOLOGI PROYEKSI (Telaah Tentang Apperseption dan Apperseptive Distortion)

MENGENAL FENOMENA KELOMPOK SOSIAL DAN PERILAKU KOLEKTIF

FENOMENA GENDER DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI SOSIAL